Sejarah Logika
Diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles (384-322 SM)Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Masa Yunani Kuno
Logika
dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan
cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan
rahasia alam semesta.Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang
berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan
logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai
ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan
bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta
dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam
logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
- Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
- Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
- Air jugalah uap
- Air jugalah es
Jadi,
air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam
semesta.Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah
mulai dikembangkan.Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan
saran-saran dalam bidang ini.
Pada
masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang
secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku
Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
- Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
- De interpretatione tentang keputusan-keputusan
- Analytica Posteriora tentang pembuktian.
- Analytica Priora tentang Silogisme.
- Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
- De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada
370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi
pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah
logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada
masa Galenus (130 M - 201 M) dan
Sextus Empiricus 200 M, dua
orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae,
salah satu buku Aristoteles.Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.St. Yohanes
dari Damaskus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.
Abad pertengahan dan logika modern
Pada
abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,
Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
- Petrus Hispanus (1210 - 1278)
- Roger Bacon (1214-1292)
- Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
- William Ocham (1295 - 1349)
Pengembangan
dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human UnderstandingFrancis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan
dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam
bukunya System of Logic
Lalu
logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
- Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
- George Boole (1815-1864)
- John Venn (1834-1923)
- Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu
Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns
Hopkins University,melengkapi
logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's
Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general
theory of signs)
Puncak
kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga
jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika
simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig
Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain